Bogor, 8 Oktober 2024 – Belasan Guru dari Depok dan Bogor mengikuti Pelatihan Guru CEKATAN (Cegah Kekerasan Anak dengan Terobosan Sosial Emosional) di SMKN 3 Bogor. CEKATAN merupakan inovasi program Yayasan Cahaya Guru (YCG) untuk mengurangi tingginya angka kekerasan di satuan pendidikan. Pendekatan sosial emosional dipilih karena masukan dari para guru pada kegiatan-kegiatan sebelumnya. Kenyataannya para guru selama ini belum memiliki sumberdaya dan support system dalam mengatasi beragam persoalan emosi. Padahal guru juga manusia.
Direktur Eksekutif YCG, Muhammad Mukhlisin, menekankan bahwa pelatihan ini menjadi ruang aman bagi guru untuk berbagi cerita dan praktik baik dalam pencegahan dan penanganan kekerasan, serta momen saling belajar tentang keterampilan sosial dan emosional (KSE). “Kami yakin teman-teman guru juga butuh ruang aman untuk mengemukakan perasaan dan belajar memanajemen emosi diri dan mengembangkan relasi positif ke orang lain,” ujarnya.
Kepala SMKN 3 Bogor, Tatang Komarudin, menyoroti pentingnya program CEKATAN ini untuk menekan angka kekerasan di sekolah. "Kami harap pelatihan seperti ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi siswa," katanya.
Rizal Lubis, Kepala Sekolah SDIT Ajimutu Global Insani Bekasi dan Fasilitator YCG memaparkan pentingnya para guru memahami jenis dan definisi kekerasan. Berdasarkan Permendikbud 46 tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP), terdapat enam jenis kekerasan, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi dan intoleransi, serta kebijakan yang mengandung kekerasan.
Tidak hanya itu, Rizal juga menjelaskan konsep kekerasan menurut Johan Galtung, seorang sosiolog Norwegia dan pendiri utama disiplin studi perdamaian dan konflik. Menurut Galtung terdapat tiga kategori kekerasan yaitu kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural.
Lalu, para guru terpantik untuk mendiskusikan pengalaman beragam jenis kekerasan yang mereka temui.
“Menurut saya, Kekerasan itu tidak hanya fisik, diskriminasi secara halus, lebih sering terjadi,” ungkap Maryani, guru SMAN 2 Depok.
Yulinda, Guru SMPN 7 Jakarta dan Fasilitator YCG, menjelaskan pentingnya KSE bagi guru untuk mengelola tekanan dan menjaga keseimbangan emosional. KSE ini meliputi kesadaran diri (self-awareness), manajemen diri (self-management), kesadaran sosial (social awareness), keterampilan berelasi (relationship skills), pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision-making).
“Keterampilan sosial emosional penting tidak hanya untuk murid, tapi juga untuk guru. Ini akan membantu kita menghadapi tekanan pekerjaan dan menjaga keseimbangan emosional,” jelasnya.
Para guru sangat antusias, terutama saat diperkenalkan pada teknik komunikasi i-message, yang membantu guru menyampaikan perasaan dengan jelas tanpa menimbulkan konflik. Bu Amel, seorang guru yang aktif berdiskusi, berbagi pandangannya. “Kadang, kita lupa mendengarkan siswa, padahal itu yang mereka butuhkan,” ungkapnya. Ia mengingatkan pentingnya mendengarkan aktif dalam membangun hubungan positif dengan siswa.
“Kami ingin belajar lebih banyak tentang keterampilan sosial emosional ini. Sebelum kami ajarkan ke siswa, tentu kami harus menerapkannya terlebih dulu pada diri kami sendiri,” kata Pak Heru, guru SMKN 1 Depok, penuh harap. Para guru juga berharap program CEKATAN dapat diperluas ke lebih banyak sekolah di Indonesia.
Yayasan Cahaya Guru, melalui CEKATAN ini, berharap dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif, aman, dan harmonis. Guru yang memiliki keterampilan sosial emosional yang baik diharapkan mampu menjadi guru rujukan di sekolahnya, mencegah kekerasan, dan membangun hubungan yang lebih positif dengan siswa.
Program CEKATAN merupakan kolaborasi antara YCG, Indika Foundation, dan PT. Insight Investments Management. Kolaborasi multipihak ini merupakan salah satu bukti bahwa gotong royong pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik untuk masa depan anak Indonesia.

