09
Aug 2023
Demokrasi itu Menghargai Perbedaan
Post by: Yayasan Cahaya Guru
Share:  
 

Demokrasi itu Menghargai Perbedaan

(Catatan dari Diskusi dan Refleksi Guru dan Pemilu Ramah Anak)

Namanya Ziva Jamelya Rustam.  Siswi SMA Al-Izhar Pondok Labu Jakarta ini hadir di Diskusi dan Refleksi bertajuk Guru dan Pemilu Ramah Anak yang diselenggarakan oleh Yayasan Cahaya Guru kemarin (8/8). Di antara para guru dan pemangku kepentingan pendidikan, Ziva hadir menyampaikan suara anak sekaligus pemilih pemula dalam Pemilu 2024 nanti. Ia mulai dengan menceritakan aktivitasnya di RagaMuda, sebuah kegiatan kolaborasi antara OSIS SMA Al-Izhar dan Kolese Kanisius Jakarta.

“RagaMuda ini acara tahunan lima tahun terakhir, kolaborasi dua sekolah. Tahun ini kami hendak mengundang salah satu kolaborator lagi yaitu Pangudi Luhur. RagaMuda tahun ini hadir membangun kekuatan kolektif generasi muda dan menciptakan masyarakat inklusif berdasarkan keadilan. Tema tahun ini, Suara Pemuda Merdeka. Merdeka dengan cara mengajak anak muda berperan aktif menjaga dan memperkuat demokrasi dengan semangat toleransi dan keadilan,” katanya sambil memperlihatkan video aktivitas kampanye bersama yang dilakukan RagaMuda. 

Ruang untuk Mendengar Suara Anak

Meskipun tahun depan ia baru memilih untuk pertama kalinya dalam Pemilu, pemahaman tentang pemilihan umum bukan sesuatu yang baru baginya. “Sebagai murid dan anak, kami tidak mempraktikkan Pemilu secara substantif tapi melakukan pelatihan dalam porsi kami. Desember lalu saya mencalonkan diri sebagia wakil ketua OSIS, dan kami belajar demokrasi lewat rangkaian debat, mengutarakan pendapat setiap calon, dan melakukan pemilihan. Jadi kami belajar memilih sesuai pilihan masing-masing. Di kelas, dalam pelajaran yang mendukung, di PKN dan Sejarah, kami juga diperkenalkan dengan situasi-situasi yang terjadi di bangsa ini.”

Bagi Ketua Bidang Olahraga OSIS SMA Al-Izhar ini, salah satu prinsip penting demokrasi yaitu kebebasan memilih tanpa dipaksa. Anak memiliki hak memilih cara hidup, cara belajar, tanpa paksaan orang lain. Di sekolah, guru dapat memperkenalkan hak anak dan memberi ruang bagi mereka berpendapat dengan menyediakan waktu mereka mengenal setiap individu yang ada di sekolah. Ia juga menceritakan pengalamannya menyuarakan pendapat di luar sekolah, “Misalnya lewat lomba Parlemen Remaja yang diselenggarakan DPR. Kami menjelaskan kesadaran hukum sebagai remaja. Kesempatan tersebut membuat kami bisa berekspresi menyampaikan pandangan sesuai keinginan kami.”

Menghargai Perbedaan

“Anak-anak ini ingin lho punya ruang untuk bisa berekspresi dan menyatakan pendapat. Kadang mereka menyimpulkan suatu kasus di masyarakat, (dari sudut pandang) yang tidak dilihat orang dewasa. Contohnya Pemilu Ketua OSIS beberapa bulan sebelum, calon Ketua OSIS ini beragama Kristen, dan guru di sekolah tersebut mengatakan: ‘jangan pilih dia, dia orang kafir’. Itu harus dihindari. Murid ini harusnya bisa secara adil merasakan yang dirasakan orang lain.”  

Menurut Ziva, anak-anak dan remaja perlu mendapat ruang untuk mengekspresikan pendapat tanpa paksaan untuk mengikuti pandangan orang dewasa. Lalu, apa yang dapat dilakukan orang dewasa? Ini tiga saran yang ia berikan:

Anak butuh didampingi tapi jangan pengaruhi pemikirannya dengan pikiran orang dewasa karena bisa mereka punya pandangan mereka. 
Beri ruang bagi anak berdemokrasi agar anak muda paham pemilu dan demokrasi. 
Jadilah contoh atau role model bagi anak-anak karena anak terinspirasi dari orang-orang dewasa.
Orang dewasa, termasuk guru, perlu memberikan contoh yang baik dan tidak memaksakan pandangan. “Jangan karena ini pertama kali bagi saya, orang dewasa menentukan siapa yang saya pilih. Yang penting, (saya) dapat memilih secara bebas tanpa paksaan. Jangan pula memperlakukan murid secara berbeda karena keyakinan politiknya, suku, ras, agama, budaya berbeda. Kita harus bisa menghargai keragaman pendapat.”

Tipsnya: Kenali perbedaan setiap anak dan jangan ragu bertanya; tunjukkan kesetaraan dan akui bila keliru; serta, bijak memberikan respons kepada anak yang mungkin saja berbeda antara satu anak dan anak yang lainnya. 

Ruang berpendapat dan berekspresi yang disuarakan Ziva ini merupakan bagian dari hak partisipasi anak dalam rumpun hak-hak sosial dan politik. Siapkah guru dan seluruh sivitas pendidikan memenuhi dan memberikan perlindungan kepada anak? Pemilu 2024 menjadi salah satu batu uji. [GS]

Back
2018© YAYASAN CAHAYA GURU
DESIGN & DEVELOPMENT BY OTRO DESIGN CO.