
Cerita Dibalik Buku “Ume Naek Ume Mese: Catatan Refleksi Sekolah Guru Kebinekaan 2022”
Minggu, 2 April 2023 - Keragaman merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam sebuah lingkungan belajar, terutama di sekolah. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, para siswa dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan etnis akan berkumpul di dalam satu kelas. Oleh karena itu, pendidik atau pihak sekolah, selayaknya dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan untuk semua siswa, termasuk siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Yayasan Cahaya Guru mengadakan webinar Ngobrol Pendidikan dalam rangka Bedah buku Ume Naek Ume Mese: Catatan Refleksi Sekolah Guru Kebinekaan (SGK) 2022. Pada episode pertama kali ini bertajuk “Bagaimana Menghadapi Tantangan Keragaman di Sekolah”. Ngobrol Pendidikan merupakan wadah berbagi pengalaman dan strategi teman-teman guru dalam menghadapi keragaman di lingkungan pendidikan masing-masing. Kegiatan ini didukung oleh Insight Investments Management (IIM).
Ngobrol Pendidikan kali ini menghadirkan dua teman belajar guru dari wilayah barat dan tengah Indonesia. Dalam buku Catatan Refleksi SGK 2022 Ume Naek Ume Mese, Windy Garini dan Jose Emanuele Mala, guru dari Bangka Belitung dan Nusa Tenggara TImur menceritakan pengalaman dalam mengelola keragaman di sekolahnya.
Jose Emanule menceritakan latar belakang tentang arti dari Ume Naek Ume Mese yang ditulis dalam buku refleksi SGK. Menurutnya Ume Naek dalam bahasa Dawam berbicara tentang rumah adat atau rumah suku yang dibangun sebagai tanda ikatan persaudaraan. Nantinya Ume Naek akan menjadi Ume Mese yang berarti tanah tumpah darah yang menjadi cikal bakal suku-suku. Jose Emanuele berharap dengan menulis judul ini dia dapat mewujudkan keinginannya untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi melalui kearifan lokal.
Tak kalah menarik cerita dari Windy Garini, guru Bimbingan Konseling di Bangka Belitung yang juga menulis kisahnya dalam buku Ume Naek Ume Mese ini. Windy teringat kata-kata Gusdur yang menjadi idolanya, “Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya latar belakangmu”. Windy yakin semua orang dengan berbagai macam latar belakang termasuk agama, keyakinan, suku aslinya juga diajarkan untuk selalu berbuat baik.
Langkah kecil menuju perubahan
Salah satu aspek penting dalam menghadapi keragaman di sekolah adalah dengan memahami perbedaan peserta didik. Setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga mereka memiliki cara pandang yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Sebagai pendidik, kita harus memastikan bahwa kita tidak memandang salah satu identitas siswa sebagai lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Kita harus membuka diri dan terus belajar mengenai perbedaan yang ada, sehingga kita dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Windy Garini menceritakan langkah kecil yang dilakukannya dalam memberikan kesempatan yang sama terhadap anak didiknya yang berbeda latar belakang. “Di sekolah kami ada program Literasi Pagi yang dilakukan dua kali dalam seminggu, saya berinisiatif menggunakan kegiatan ini menjadi Literasi Kitab Suci, dimana siswa bisa berbagi dan belajar satu sama lain nilai-nilai kebajikan universal yang diajarkan tiap agama”, ungkapnya. Windy berharap dengan langkah kecil ini kedepannya bisa menjadi langkah besar dalam membuka ruang perjumpaan yang lebih luas di sekolahnya.
Tantangan keragaman yang dihadapi
Salah satu tantangan utama dalam menghadapi keragaman di sekolah adalah kesenjangan yang mungkin muncul dalam hal kesempatan, keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman siswa. Guru harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap keragaman tersebut, dan kemudian melakukan upaya untuk menyesuaikan metode pengajaran dan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan individu siswa. Melalui pendekatan yang inklusif dan berkeadilan, siswa dapat merasa dihargai dan diakui, dan pengalaman mereka dalam belajar dapat meningkat.
“Memang masih ada tantangan untuk membuat langkah yang lebih besar dalam menjalankan kegiatan Literasi Kitab Suci di sekolah, karena kegiatan ini sangat sensitif, masih ada kekhawatiran akan mengubah keyakinan siswa lainnya.”, cerita Windy. “Bahkan program Literasi Kitab Suci yang melibatkan siswa beragama berbeda sempat dihentikan, ada anggapan program literasi dilakukan hanya untuk agama mayoritas di sekolah kami”, tambahnya. Windy masih terus berpikir panjang bagaimana agar program tetap dapat berjalan dengan memperhitungkan lebih detail setiap langkah yang akan dilakukan. Menurutnya perlu komitmen dan konsistensi dalam menjalankan program rintisan yang dilakukannya.
Berbeda dengan Windy, Jose menceritakan tantangan yang dihadapinya dengan peserta didik yang homogen. Banyak siswa yang belum mengenal keragaman. Di lingkungannya jika ada yang menikah dengan agama lain maka tidak boleh tinggal lagi di kampungnya. Jose kemudian berinisiatif mengenalkan keragaman dengan menggunakan momen kegiatan hari pengembangan diri di hari Sabtu. Di saat itulah Jose memperkenalkan keragaman kepada peserta didik. Ia menyebut kegiatannya Wisata Nusantara. Kegiatan ini memperkenalkan keragaman budaya dan agama lewat pertunjukan film.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dua teman belajar guru tadi, dapat diambil kesimpulan, menghadapi tantangan keragaman di sekolah adalah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua siswa. Kita harus memahami perbedaan budaya, menghadapi stereotip dan prasangka, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua siswa. Selain itu, kita juga harus memperhatikan keragaman yang ada di lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, guru harus memastikan bahwa setiap siswa merasa diterima dan dihargai di lingkungan sekolah. Guru harus menciptakan kesempatan untuk siswa berinteraksi dengan siswa lain yang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga mereka dapat belajar mengenai perbedaan budaya dan menghargai keberagaman.
Kawan-kawan guru, sudahkah kita memastikan bahwa lingkungan belajar yang kita kelola sudah aman dan tidak diskriminatif bagi semua siswa?
Salam Keragaman! [AK]
Simak cerita lengkapnya di: Podcast Keragaman