
Bandung, YCG - Beberapa waktu lalu, Yayasan Cahaya Guru (YCG) mendapatkan undangan untuk belajar di Bandung, dalam pertemuan Orangtua Rumah Belajar Semi Palar (Smipa), yang diselenggarakan pada sabtu 12 November 2022 di Bale Handap - Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.
Kesempatan tersebut tentu disambut dengan bahagia, tentu karena kami dapat belajar dari teman yang beragam yaitu, Teh Yuli Tjahyadi (Orangtua Smipa), Kang Aat Soeratin (Budayawan), dan Kak Sicillia Leiwakabessy (Fasilitator YCG). Ketiganya menjadi teman berbagi dalam pertemuan orangtua Smipa, menarik sekali pemilihan diksi “teman berbagi” di acara ini.
Sambutan hangat dari teman-teman Smipa, terasa memberikan kenyamanan tersendiri kepada siapapun yang hadir dalam kegiatan tersebut. Kegiatan difasilitasi oleh kak Andy Sutioso kepala sekolah Rumah Belajar Semi Palar, juga nampak semangat belajar dan bertumbuh dari para orang tua yang hadir.
ANAK MENURUT KI HAJAR DEWANTARA
“Apa yang akan digambar oleh ibu bapak dalam kertas kosong ini?”, tanya Kak Sicil kepada orangtua Smipa, jawabannya beragam ada danau, pendopo, hingga mie goreng.
Lalu kak Sicil mengajak beberapa orangtua Smipa untuk melakukan aktivitas, dengan menggunakan kertas, tinta, dan benang kasur, untuk menghasilkan pola kedalam kertas. Setelah itu, kak Sicil kembali bertanya “kalau dengan kertas berpola seperti ini apa yang akan ibu bapak gambar?”
Jawaban orangtua beragam pula, namun tak satupun jawabannya sama dengan pertanyaan pada kertas kosong. “Kalau kertasnya kosong kita bisa menggambar sesuai dengan yang kita harapkan apa saja bisa, tapi kalau kertasnya memiliki pola maka hal yang mungkin kita lakukan adalah menyesuaikan pola yang ada untuk mendapatkan gambar dalam kertas tersebut”, jawab salah satu orang tua.
Dari aktivitas tersebut kak Sicil mendorong kesadaran orangtua tentang persepsi terhadap anak, yang setidaknya terbagi menjadi dua, ada yang mengibaratkan anak seperti kertas kosong juga seperti kertas yang sudah memiliki pola.
“Menurut Ki Hajar Dewantoro, anak-anak sebagaimana kertas yang sudah memiliki pola, jadi usaha orangtua serta guru ialah, menebalkan pola yang baik bagi anak-anak dan menyamarkan pola-pola tertentu. Lalu usaha pendidikan ditujukan kepada halusnya budi, cerdasnya otak, sehatnya badan. Ketiga usaha itu akan menjadikan lengkap dan larasnya hidup manusia”, papar kak Sicil.
Bagi Ki Hajar Dewantara, pengajaran dan pendidikan adalah laku budaya dimana pikiran, perasaan, dan kemauan dicerdaskan. Lalu langkah yang dapat dilakukan dalam mengolah rasa dapat didorong dengan, kepekaan menangkap ungkapan dalam hening, kejelian mengajukan pertanyaan, kesabaran menunggu jawaban, memberikan pilihan, dan membangun kemandirian yang seluruhnya ditujukan kepada anak.
Selain kak Sicil juga berbagi tentang cara-cara mendidik yang disampaikan Ki Hajar, antar lain memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah, laku dan pengalaman lahir dan batin. Terkait laku kak Sicil menekankan tentang bagaimana sebagai orangtua atau guru, laku yang kita miliki haruslah sejalan dengan apa yang memang menjadi pemahaman, agar keselarasan dapat juga didapatkan oleh anak.
“Adapun maksud pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”, tutup kak Sicil yang mengutip ungkapan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara.
RUANG BERBAGI UNTUK ORANGTUA
Satu diantara yang menarik dalam pertemuan orangtua Smipa, setelah kegiatan diskusi para orangtua diberikan kesempatan berbagi dalam kelompok untuk melakukan refleksi, terhadap paparan yang disampaikan para teman berbagi. Proses berbagi tersebut terbangun dengan sangat bersahaja, para orangtua mampu berbagi secara baik dengan perasaan aman dan nyaman.
Dalam kesempatan tersebut pula, setiap kelompok orangtua berbagi tentang dinamika yang terjadi dalam kelompok, dan menyampaikan tentang kegelisahan yang dekat dengan orangtua. Proses berbagi yang kami lihat dan rasakan merupakan inspirasi yang menyenangkan, selalu membahagiakan melihat proses bertumbuhnya guru serta orangtua guna mengantarkan anak selamat dan bahagia dalam hidupnya. (FI)