
23
Mar 2022
MEMBACA RASA DALAM KEARIFAN LOKAL
MEMBACA RASA DALAM KEARIFAN LOKAL
Catatan dari Diskusi dan Refleksi Pendidikan Rasa | Rasa Pendidikan (02)
Pertimbangan rasa bukanlah hal baru dalam kehidupan masyarakat di Nusantara (lihat lagi catatan Guru Bineka bertema Keragaman dalam Kearifan Lokal). Dalam Diskusi dan Refleksi Pendidikan Rasa | Rasa Pendidikan yang diselenggarakan Yayasan Cahaya Guru Kamis lalu (17/3), Ifa H. Misbach dari Jabar Masagi mengajak guru-guru membaca rasa dalam kearifan lokal.
"Setelah berefleksi, menurut saya, yang dapat menyelamatkan kita adalah kearifan lokal," kata Ifa merujuk pada pentingnya pendidikan yang menjawab jatidiri bangsa.
Ifa mengajak guru-guru untuk menilik warisan para perintis pendidikan di Nusantara. Di Jawa Barat misalnya, ada Dewi Sartika (Bandung, Tasikmalaya), Lasminingrat (Garut), dan Siti Jenab (Cianjur). Dalam kurikulum pendidikan mereka, selalu ada budi pekerti untuk mengasah rasa.
Jawa Barat terdiri atas tiga wilayah budaya yaitu Priangan/Sunda, Pantura/Cirebonan, dan Bodebek/Melayu Betawi. Budaya Sunda mengenal filosofi silih asih, silih asah, silih asuh, dan silih wawangi. Juga konsep cageur, bageur, bener, singer, pinter, jujur. Budaya Cirebonan mengenal filosofi insan kamil dan konsep rasa, cipta, karsa, dumadi nyata. Budaya Melayu-Betawi mengenal filosofi bener dalam menjalani hidup dan konsep peka, pinter, danta bener.
Dari filosofi dan konsep mendidik manusia itu, Jawa Barat mengenal panca niti yaitu niti surti, niti harti, niti bukti, niti bakti, dan niti jadi/sajati agar kehidupan menjadi harmoni atau selaras, mencapai bagja dan menjadi manusia masagi.
"Niti surti itu belajar merasakan dengan mengasah empati. Niti harti itu belajar mengetahui dengan mengembangkan akal. Niti bukti itu belajar melakukan dengan membuktikan laku diri. Niti bakti itu belajar hidup bersama dengan berbakti pada nilai kemanusiaan," Ifa menjelaskan.
"Atikan panca niti itu tahapan, titian, atau jalan menumbuhkan anak yang sejahtera mentalnya (bagja) dan lingkungan sekolah yang membuat anak betah dan nyaman berkembang sesuai potensi serta keunikan mereka sebagai manusia (sajatining Jawa Barat)," imbuhnya lagi.
Ifa meyakini bahwa nilai-nilai dalam kearifan lokal, termasuk belajar merasakan dan mengapresiasi rasa merupakan hal penting dalam pendidikan. Namun, punya filosofi bagus saja tidak cukup membuat Jawa Barat lepas dari rangking provinsi intoleran. Filosofi itu perlu mewujud dalam praktik pendidikan. Setidaknya Jabar Masagi mengupayakan itu dalam model-model pembelajaran yang ditawarkan ke sekolah.
Bagaimana rasa dalam kearifan lokal di daerah kita masing-masing? Apa yang dapat dilakukan agar warisan yang baik menjawab siapa kita dan mengapa kita ditempatkan di bumi Nusantara? [GS]
Artikel berikut: Dalam Hening Mengasah Rasa