
BEBASKAN KEADAAN BANGSA DENGAN PENDIDIKAN
Indonesia - Sabtu, 9 Mei 2020 Yayasan Cahaya Guru melanjutkan kegiatan Sekolah Guru Kebinekaan 2020 dengan konsep daring (online). Pada pertemuan ke-4 SGK 2020 teman belajar kawan-kawan guru adalah Bonnie Triyana (Sejarawan dan Pimpinan Redaksi HISTORIA), kegiatan dipandu oleh Dotman Golden Guru SMA Katolik Ricci II Bintaro. Adapun tema pada pertemuan kali itu adalah, “Inspirasi Kebangsaan dan Kemanusiaan dari Ruang Kelas”.
Bonnie Triyana mengantarkan guru dari pembahasan tentang kebudayaan yang membentuk masyarakat, sehingga budaya tersebut membentuk aturan, pemikiran, dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu. Dari kebudayaan yang beragam tersebut, maka akan hadir pelbagai macam cara dalam menghadapi masalah yang sama.
Contoh dalam mendidik masyarakat beda antara dwi tunggal Indonesia Bung Karno dan Bung Hatta. Bung Karno merupakan tokoh yang menggunakan strategi kemerdekaan Indonesia lewat pendidikan massa, yang mana rakyat dikumpulkan di lapangan dibakar semangatnya melalui pidato. Adapun Bung Hatta teknokratis yang condong mendidik rakyat untuk mengetahui peran masing-masing, agar tidak memiliki ketergantungan terhadap tokoh tertentu.
“Setiap pendiri bangsa ini adalah guru, orang terdidik, yang mengutamakan pendidikan tidak hanya bagi dirinya, tapi juga sebagai satu taktik dan siasat untuk membangkitkan kesadaran orang, seperti Bung Karno yang pernah menjadi guru sejarah dalam waktu yang singkat. Bung Hatta jelas, karena mendirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) terlihat jelas pendiriannya tetap bahwa, orang Indonesia tetap harus dididik terlebih dahulu”, papar Bonnie.
Dalam masyarakat tentu akan muncul tokoh-tokoh tertentu, tokoh yang muncul dalam masyarakat tidak muncul secara tiba-tiba, namun bisa disebabkan oleh tiga faktor antara lain, pertama otoritas legal (peraturan yang berlaku), kedua, otoritas tradisional (tindakan tradisi yang berulang), dan yang terakhir, otoritas kharismatik (murni dalam diri, misal karena aksi heroik dan lainnya), beliau mengutip teori otoritas dalam masyarakat yang disampaikan Max Weber.
Para pendahulu bangsa yang mengabdikan diri pada dunia pendidikan antara lain, Ki Hadjar Dewantara, Dewi Sartika, Willem Iskander, Engku Muhammad Syafei, Tan Malaka, Yap Thiam Hien, dan lainnya. Jelas sebagai individu para pendiri bangsa tidak lahir dengan sendiri, namun lahir dari dorongan menjawab keadaan sekitar, dan zaman membutuhkan orang-orang seperti mereka lahir.
“Para pendiri bangsa selain terdidik, mereka adalah guru, dan mereka paham betul bahwa pendidikan merupakan kunci jawaban untuk sebuah bangsa yang layak merdeka, dan berusaha untuk membalikkan keadaan bangsa menuju jalan yang lebih baik”, tutup Bonnie Triyana. (FI/FA)