
Guru-guru yang tergabung dalam Sekolah Guru Kebinekaan Rujukan (SGKR), Sabtu (23 November 2019) melakukan workshop strategi mengajarkan nilai kebinekaan kepada murid secara cocok dan alamiah (naturally fit). Pelajaran yang disampaikan secara cocok dan alamiah akan lebih bermakna tanpa ada pemaksaan.
Menurut Doni Koesoema, pemerhati pendidikan dan anggota BSNP yang menjadi teman belajar guru SGKR menyatakan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru untuk mengajarkan nilai kebinekaan secara alamiah.
Pertama, memperhatikan hubungan (relasi) guru-murid. Relasi berimbang, adil dan tidak pilih kasih diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang terbuka dan menghargai setiap keunikan. Hal ini sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 UU Sisdiknas yang berbunyi “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”
Kedua, metode pembelajaran variatif yang menghargai kebebasan berpikir dan berpendapat. Diskusi kelompok, debat dan pemelajaran berbasis masalah (PBL) adalah beberapa contoh yang dapat diaplikasikan guru secara menyenangkan bersama siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas yang menghargai perbedaan. Membuat kesepakatan kelas bersama siswa akan membuat situasi pemelajaran semakin teratur sekaligus dapat mengajarkan nilai demokrasi. Semua pendapat siswa dilihat secara setara. Pelibatan orang tua dan masyarakat dapat juga memberikan makna kewarganegaraan yang baik buat siswa.
Keempat, mengintegrasikan nilai keragaman, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam kurikulum secara alamiah. Hal ini bisa dilaksanakan dengan menyelaraskan KI-KD dengan nilai tersebut. Namun, yang perlu diingat oleh guru adalah penyelarasan ini perlu secara alamiah. “Jangan sampai penyampaian nilai-nilai dipaksakan” tegas Doni Koesoema.
Pengintegrasian nilai kebinekaan dalam pembelajaran seperti ini membuat kegiatan belajar semakin bermakna. Demikian tutur Rizal Lubis, guru matematika SMA Budaya, Jakarta Timur. “Dalam matematika dapat ditemukan nilai-niai kemanusian seperti persamaan hak, menghargai keunikan, dan anti diskriminasi” ungkap Rizal sambil menunjukkan KI-KD yang bisa menjadi contoh. [MM]