Di masa ekonomi pengetahuan saat ini, pengaruh teknologi dalam kehidupan sosial begitu mendominasi, anak-anak didik kita membutuhkan kemampuan berfikir kritis khususnya anak-anak tingkat SMA yang akan mengikuti pemilihan umum di tahun 2019. Mudahnya akses informasi bagi mereka membuat mereka rentan memperoleh informasi yang menyesatkan. Saat ini bukan waktunya lagi kita mengekang atau membatasi anak-anak didik kita dalam memperoleh sumber informasi seperti pada masa sebelumnya. Lantas bagaimana tanggapan para guru peserta kebinekaan dalam menyikapi kondisi ini terhadap anak didik mereka.

"/>

24
Mar 2018
BERFIKIR KRITIS DENGAN LATIH LOGIKA
Post by: Yayasan Cahaya Guru
Share:  
 

Di masa ekonomi pengetahuan saat ini, pengaruh teknologi dalam kehidupan sosial begitu mendominasi, anak-anak didik kita membutuhkan kemampuan berfikir kritis khususnya anak-anak tingkat SMA yang akan mengikuti pemilihan umum di tahun 2019. Mudahnya akses informasi bagi mereka membuat mereka rentan memperoleh informasi yang menyesatkan. Saat ini bukan waktunya lagi kita mengekang atau membatasi anak-anak didik kita dalam memperoleh sumber informasi seperti pada masa sebelumnya. Lantas bagaimana tanggapan para guru peserta kebinekaan dalam menyikapi kondisi ini terhadap anak didik mereka.

“Kebebasan itu dibatasi oleh kebebasan orang lain, kita tidak bisa menolak globalisasi dengan arus informasi. Namun paling tidak ada mekanisme untuk mengatur atau memberi batas yang kita sepakati.” Demikian komentar Agus Dwijono, guru SMPN 33 Jakarta. Agus juga menambahkan, perlunya rambu-rambu yang disepakati bersama agar anak-anak didik tidak mudah terbawa arus pada informasi yang salah.

Sekolah Guru Kebinekaan Lanjutan 2018 dalam pertemuan ke-3 Sabtu, 24 Maret 2018, mengajak guru berpikir kritis dalam menerima informasi dengan Latih Logika. Apa manfaat berpikir kritis bagi kita? Manfaaatnya apabila kita mampu menguasai keterampilan berpikir kritis, kita akan lihai dalam mengolah informasi yang kita terima sehingga kita mampu membuat keputusan yang lebih baik atau tanggapan yang sesuai.

Secara umum cara kerja bawaan otak manusia adalah berfikir instan, dangkal dan umumnya sangat dipengaruhi emosi (Sistem 1) namun otak manusia juga mampu berpikir lebih dalam, sistematis dan perlahan (Sistem 2). Kunci untuk membiasakan berpikir secara sistem 2 yaitu dengan memberikan pertanyaan. Walaupun berpikir secara sistem 2 lebih lambat, namun jika telah terbiasa maka lambat laun akan meningkat kecepatannya.

Menurut Paramita Mohamad narasumber pada Latih Logika, “Melatih berpikir kritis ada baiknya dilakukan pada diri sendiri dahulu sebelum mengaplikasikan pada orang lain. Beberapa tips untuk melatih diri (emosional) sebelum menjalankan latih logika ke orang lain adalah melakukan uji coba tiga hal kepada diri sendiri terlebih dahulu, yaitu: Truthful (Apakah benar berita yang disampaikan?), Hurtful (Apakah membahayakan orang lain?), dan Improve Silence (Apakah diam lebih baik?)”. Selain itu juga, Mita menyampaikan kuda-kuda dari berpikir kritis yaitu mendengarkan.

“Tujuan pendidikan bukan menghasilkan anak-anak yang pandai menjawab, akan tetapi anak-anak yang pandai bertanya”. Romo Magnis.

Back
2023© YAYASAN CAHAYA GURU
DESIGN & DEVELOPMENT BY OTRO DESIGN CO.