Dalam menyongsong masa depan, anak-anak penting mengetahui dan mengalami keragaman yang ada di sekitarnya. Anak-anak kita akan bergaul dengan siapa pun dari kalangan mana pun.

"/>

20
Jan 2018
BAGAIMANA MENGAJARKAN KERAGAMAN DI SEKOLAH?
Post by: Yayasan Cahaya Guru
Share:  
 

Leuwiliang, YCG - Dalam menyongsong masa depan, anak-anak penting mengetahui dan mengalami keragaman yang ada di sekitarnya. Anak-anak kita akan bergaul dengan siapa pun dari kalangan mana pun. Demikian salah satu poin pembahasan dalam diskusi kelompok terpumpun yang dilakukan oleh 20 guru di SMPN 4 Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Sabtu (20/01/2018). Diskusi ini merupakan lanjutan dari rangkaian Pelatihan Guru Kebinekaan (PGK) yang digagas Yayasan Cahaya Guru.

Lilis Tresna Asih, Guru SDN Hegarmanah menuturkan, keragaman bisa dilakukan di materi-materi tematik seperti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau dalam interaksi siswa sehari-hari. Lilis juga menggunakan cara-cara asyik untuk mengenalkan keragaman. Salah satunya adalah permainan benang kusut dan sambung kata yang didapatkan dari PGK.

“Awalnya murid-murid saya banyak yang berkelompok dengan teman-teman tertentu saja. Seperti membuat geng. Lalu saya berikan materi keragaman. Saya tegaskan, kita harus berteman dengan siapa pun. Harus kompak dan kerjasama” ungkap Lilis. “Alhamdulillah akhirnya semua senang dengan bisa kerja sama” lanjutnya.

Yeni Chaerani, Guru SDN Hegarmanah, membuat kegiatan sederhana untuk mengajarkan keragaman dengan menukar tempat duduk.

“Dengan menukar tempat duduk setiap hari, anak-anak akan merasakan berteman dengan semua teman kelasnya. Yang tadinya berkelompok sekarang sudah cair. Mereka akan merasakan keragaman semua teman-temannya” ungkapnya.

Guru Bahasa Sunda SMKN 1 Leuwiliang, Lelly Pratiwi mengajarkan keragaman dengan menanamkan kecintaan pada jati diri sebagai orang sunda. Hal tersebut dilakukan dengan penguasaan bahasa dan kesenian Sunda. Murid-murid diajarkan bagaimana menggunakan bahasa Sunda yang baik dan benar, salam, proses pembelajaran, dan berdoa dalam bahasa Sunda. Menurutnya, bahasa Sunda juga sangat beragam. Sayangnya yang diberlakukan dikurikulum hanya tunggal yaitu bahasa Sunda Priangan.

“Diharapkan, dengan mencintai jati dirinya, siswa tidak akan minder dan merasa canggung jika suatu saat mereka harus berinteraksi dan bekerja sama dengan pihak lain yang berbeda etnis, bahasa, agama, bahkan berbada kewarganegaraan” tutur Lelly.

Berbeda dengan Retno Widianti, Guru SDN Karyasari 03. Menurutnya untuk mengajarkan keragaman kepada anak, terlebih dulu guru-guru harus paham apa itu keragaman. Menurutnya guru-guru juga banyak yang belum mengerti soal keragaman di lingkungannya.

“Guru-guru harus dibinekakan terlebih dahulu. Karena saya melihat, masih banyak guru yang bergeng-geng. Duduk dan berkelompok dengan teman tertentu saja” tutur Retno.

Diskusi yang bertajuk Keragaman untuk Masa Depan Anak tersebut berlangsung dengan penuh nyaman. Para guru bisa berbagi keluh kesah, tantangan, dan tips yang bisa mereka lakukan di kelas. Para guru merasa diskusi seperti ini perlu dilakukan secara berkala karena dapat menambah wawasan, teknik pengajaran, dan berbagi pengalaman antar guru.

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama Yayasan Cahaya Guru (YCG) dan Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR). [MM]

Back
2023© YAYASAN CAHAYA GURU
DESIGN & DEVELOPMENT BY OTRO DESIGN CO.