14
Oct 2017
Peran guru dalam sejarah kebangsaan
Post by: Yayasan Cahaya Guru
Share:  
 
Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya dengan menitikberatkan pada pengalaman beberapa tokoh pendidikan yang merupakan inspirator kebangsaan. 
Dalam sejarah kemerdekaan, peran guru sebagai perintis jalan menuju kemerdekaan sangatlah penting. Beberapa tokoh kemerdekaan Indonesia adalah guru-guru yang sangat percaya pentingnya pendidikan untuk memerdekakan diri dan bangsanya. 
Engku Mohammad Syafei, Kartini, Ki Hadjar Dewantara, Willem Iskandar, Rohana Kudus,  berangkat dari berbagai latar belakang berbeda tetapi masing-masing memiliki peran besar dalam dunia pendidikan. Persamaan mereka adalah, sama-sama pejuang yang meyakini pentingnya pendidikan untuk bisa menjadi dasar kemerdekaan berpikir yang akan memerdekakan lainnya. Kemerdekaan yang mereka cita-citakan masuk melalui pintu sama yaitu pendidikan untuk seluruh anak bangsa.
Pada sesi pertama, peserta akan melakukan pendataan siapa saja guru yang menjadi tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan secara berkelompok. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok mempunyai rentang waktu yang berbeda-berbeda. 
Setelah itu peserta diminta untuk menyusun puzle yang terdiri dari potongan wajah tokoh-tokoh guru pejuang kemerdekaan. Peserta diminta untuk mencari gagasan, kutipan dan keterkaitan dengan kondisi keragaman saat ini dengan tokoh tersebut.
 
Salah satu tokoh yang dibahas adalah RA Kartini. Lahir 18 April 1879 dengan gagasan memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan bagi kaum perempuan. Kartini juga memperjuangkan kebebasan dari feodalisme. Kartini juga memberikan pendidikan keterampilan atau skill terhadap perempuan-perempuan pada waktu itu. Karya beliau yang fenomenal ada tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. 
 
Selain Kartini, tokoh lain yang dibahas adalah Willem Iskander. Tokoh pendidikan yang lahir 1840 di Mandailing Natal, Sumatera Utara ini tahun 1862 mendirikan Sekolah Guru (Kweekschool) di Tano Bato, secara swadaya dan gedung sekolah yang sangat sederhana. Tano Bato merupakan Gudang Kopi Pemerintah Hindia Belanda. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, khususnya di Mandailing Orientasi, Cakrawala, Penalaran, Idealisme, dan Semangat pembaharuan di Mandailing.
 
Tokoh lain yang menarik adalah Rohana Kudus. Jurnalis perempuan asal Sumatera Barat ini memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Minangkabau dengan membangun sekolah keterampilan Kerajinan Amai Setia pada 1911 dan Roehana School. Sekolah Kerajinan Amai Setia merupakan sekolah keterampilan untuk perempuan agar bisa baca-tulis, menjahit, menyulam. Disana diajarkan pula pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Ia disebut sebagai tokoh yang berhasil menyuarakan perubahan bagi perempuan.
 
Engku Muhammad Syafei adalah tokoh pendidikan lain yang dibahas. Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi. Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km di sebelah Utara Kota Padang. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas 18 hektar dan dipinggir jalan raya Padang Bukit Tinggi. Ia menolak subsidi untuk sekolahnya, seperti halnya Thawalib dan Diniyah, tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku-buku kependidikan yang ditulisnya. Semboyan M. Syafei adalah "cari sendiri dan kerja sendiri.
 

 

Para peserta melakukan peregangan saat sebelum kegiatan dimulai

kegiatan diskusi mulai menyenangkan

Peserta mempresentasikan hasil kerja kelompok (1)

Peserta mempresentasikan hasil kerja kelompok (2)

Peserta mempresentasikan hasil kerja kelompok (3)

Ibu Henny Supolo memberikan penutupan

Back
2023© YAYASAN CAHAYA GURU
DESIGN & DEVELOPMENT BY OTRO DESIGN CO.